Periode : Akhir Kesultanan Demak
hingga Awal Mataram
Pada jaman Kesultanan Demak (1478
- 1546), wilayah Banyumasan terdiri dari beberapa Kadipaten, diantaranya
Kadipaten Pasirluhur dengan Adipatinya Banyak Belanak, juga Kadipaten Wirasaba
dengan Adipatinya Wargo Utomo I. Luasnya kekuasaan Kesultanan Demak membuat
Sultan Trenggono (Sultan Demak ke III) merasa perlu memiliki angkatan perang
yang kuat, untuk itu wilayah-wilayah Kesultanan Demak pun dibagi-bagi secara
militer menjadi beberapa daerah komando militer. Untuk wilayah Barat, Sultan
Trenggono mengangkat Adipati Banyak Belanak sebagai Panglima Komando Wilayah
Pertahanan Barat dengan cakupan wilayah meliputi Kerawang sampai gunung Sumbing
(Wonosobo). Sebagai salah seorang Panglima Perang Kesultanan Demak, Adipati
Pasirluhur dianugrahi gelar Pangeran Senopati Mangkubumi I sedangkan adiknya
yang bernama Wirakencana diangkat menjadi Patih. Setelah Sultan Trenggono
wafat, Kesultanan Demak terpecah menjadi 3 bagian, salah satunya adalah Pajang
yang diperintah oleh Joko Tingkir dan bergelar Sultan Adiwijaya (1546 – 1587).
Pada masa ini, sebagian besar wilayah Banyumasan
termasuk dalam kekuasaan Pajang. Mengikuti kebijakan pendahulunya, Sultan Adiwijaya juga mengangkat Adipati Pasirluhur yang saat itu dijabat Wirakencana, menjadi Senopati Pajang dengan gelar Pangeran Mangkubumi II. Sementara itu Adipati Kadipaten Wirasaba, Wargo Utomo I wafat dan salah seorang putranya bernama R. Joko Kaiman diangkat oleh Sultan Adiwijaya menjadi Adipati Wirasaba dengan gelar Wargo Utomo II, beliau menjadi Adipati Wirasaba ke VII. Menjelang berakhirnya kejayaan kerajaan Pajang dan mulai berdirinya kerajaan Mataram (1587), Adipati Wargo Utomo II menyerahkan kekuasaan Kadipaten Wirasaba ke saudara-saudaranya, sementara beliau sendiri memilih membentuk Kadipaten baru dengan nama Kadipaten Banyumas dan beliau menjadi Adipati pertama dengan gelar Adipati Marapat. Selanjutnya, Kadipaten Banyumas inilah yang berkembang pesat, telebih setelah pusat Kadipatennya dipindahkan ke Sudagaran - Banyumas, pengaruh kekuasaannya menyebabkan Kadipaten-Kadipaten lainnya semakin mengecil. Seiring dengan berkembangnya Kerajaan Mataram, Kadipaten-Kadipaten di wilayah Banyumasan pun tunduk pada kekuasaan Mataram. Kekuasaan Mataram atas Kadipaten-Kadipaten di wilayah Banyumasan tidak secara otomatis memasukkan wilayah Banyumasan ke dalam “lingkar dalam” kekuasaan Mataram sehingga Kadipaten-Kadipaten di wilayah Banyumasan tersebut masih memiliki otonomi dan penduduk Mataram pun menyebut wilayah Banyumasan sebagai wilayah Mancanegara Kulon.
termasuk dalam kekuasaan Pajang. Mengikuti kebijakan pendahulunya, Sultan Adiwijaya juga mengangkat Adipati Pasirluhur yang saat itu dijabat Wirakencana, menjadi Senopati Pajang dengan gelar Pangeran Mangkubumi II. Sementara itu Adipati Kadipaten Wirasaba, Wargo Utomo I wafat dan salah seorang putranya bernama R. Joko Kaiman diangkat oleh Sultan Adiwijaya menjadi Adipati Wirasaba dengan gelar Wargo Utomo II, beliau menjadi Adipati Wirasaba ke VII. Menjelang berakhirnya kejayaan kerajaan Pajang dan mulai berdirinya kerajaan Mataram (1587), Adipati Wargo Utomo II menyerahkan kekuasaan Kadipaten Wirasaba ke saudara-saudaranya, sementara beliau sendiri memilih membentuk Kadipaten baru dengan nama Kadipaten Banyumas dan beliau menjadi Adipati pertama dengan gelar Adipati Marapat. Selanjutnya, Kadipaten Banyumas inilah yang berkembang pesat, telebih setelah pusat Kadipatennya dipindahkan ke Sudagaran - Banyumas, pengaruh kekuasaannya menyebabkan Kadipaten-Kadipaten lainnya semakin mengecil. Seiring dengan berkembangnya Kerajaan Mataram, Kadipaten-Kadipaten di wilayah Banyumasan pun tunduk pada kekuasaan Mataram. Kekuasaan Mataram atas Kadipaten-Kadipaten di wilayah Banyumasan tidak secara otomatis memasukkan wilayah Banyumasan ke dalam “lingkar dalam” kekuasaan Mataram sehingga Kadipaten-Kadipaten di wilayah Banyumasan tersebut masih memiliki otonomi dan penduduk Mataram pun menyebut wilayah Banyumasan sebagai wilayah Mancanegara Kulon.
AWAL PEMBENTUKAN KARESIDENAN & KABUPATEN-KABUPATEN
Awal Pembentukan Karesidenan
& Kabupaten-Kabupaten
Sebelum Belanda masuk, wilayah
Banyumasan disebut sebagai daerah Mancanegara Kulon dengan rentang wilayah
meliputi antara Bagelen (Purworejo) sampai Majenang (Cilacap). Disebut
Mancanegara Kulon karena pusat pemerintahan waktu itu memang berada di wilayah
Surakarta atau wilayah wetan. Terhitung sejak tanggal 22 Juni 1830, daerah
Mancanegara Kulon ini secara politis masuk di bawah kontrol pemerintah kolonial
Belanda, itulah awal penjajahan Belanda, sekaligus akhir dari pendudukan
kerajaan Mataram atas bumi Banyumasan. Selanjutnya para Adipati di wilayah
Banyumasan pun tidak lagi tunduk pada Raja Mataram, mereka selanjutnya dipilih
dan diangkat oleh Gubernur Jenderal dan dipilih dari kalangan penduduk pribumi,
umumnya putera atau kerabat dekat Adipati terakhir.
Karesidenan Banyumas
Pemerintahan di wilayah
Banyumasan diatur berdasarkan Konstitusi Nederland yang pada pasal 62 ayat 2
disebutkan bahwa pemerintahan umum di Hindia Belanda (Indonesia) dilakukan oleh
Gubernur Jenderal atas nama kerajaan Belanda. Gubernur Jenderal adalah kepala
eksekutif yang berhak mengangkat serta memberhentikan para pejabat di Hindia
Belanda, termasuk para Adipatinya. Saat itu yang menjadi Gubernur Jenderal
adalah Johannes Graaf van den Bosch (16 Januari 1830 – 2 Juli 1833). Upaya
untuk mengontrol para Adipati ini sebenarnya agar Belanda mudah melakukan
mobilisasi rakyat untuk dipekerjakan di perkebunan-perkebunan milik Belanda
yang lebih dikenal dengan tanam paksa. Persiapan pembentukan pemerintahan
kolonial Belanda di wilayah Banyumasan dilakukan oleh Residen Pekalongan
bernama Hallewijn. Hallewijn tiba di wilayah Banyumasan pada 13 Juni 1830 dengan
tugas utama mempersiapkan penyelenggaraan pemerintahan sipil di wilayah
Banyumasan. Dia dibantu antara lain oleh Vitalis sebagai administrator juga
Kapiten Tak sebagai komandan pasukan. Tanggal 20 September 1830, Hallewijn
memberikan laporan umum hasil kerjanya kepada Komisaris Kerajaan yaitu Jenderal
De Kock di Sokaraja, diantara isi laporan tersebut adalah tentang cakupan
wilayah Banyumasan yang meliputi (dari timur) : Kebumen, Banjar (Banjarnegara),
Panjer, Ayah, Prabalingga (Purbalingga), Banyumas, Kroya, Adireja, Patikraja,
Purwakerta (Purwokerto), Ajibarang, Karangpucung, Sidareja, Majenang sampai ke
Daiyoe-loehoer (Dayeuhluhur), termasuk juga di dalamnya tanah-tanah Perdikan
(daerah Istimewa) seperti Donan dan Kapungloo. Pada pertemuan di Sokaraja
itulah akhirnya diresmikan berdirinya Karesidenan Banyumas yang meliputi
sebagian besar wilayah mancanegara kulon, selanjutnya tanggal 1 November 1830
de Sturler dilantik sebagai Residen Banyumas pertama. Pada tanggal 18 Desember
1830 melalui Beslit Gubernur Jenderal J.G. van den Bosch, Karesidenan Banyumas
diperluas dengan dimasukkannya Distrik Karangkobar (Banjarnegara), pulau
Nusakambangan, Madura (sebelumnya termasuk wilayah Cirebon) dan Karangsari
(sebelumnya termasuk wilayah Tegal).
Awal Pembentukan
Kabupaten-Kabupaten
Untuk mengefektifkan jalannya
pemerintahan, pemerintah kolonial Belanda pada tanggal 22 Agustus 1831
membentuk 4 Regentschap (Kabupaten) di wilayah Karesidenan Banyumas yaitu,
Kabupaten Banyumas, Ajibarang, Daiyoe-loehoer dan Prabalingga yang
masing-masing dipimpin oleh seorang Bupati pribumi. Selain itu Residen de
Sturler juga melakukan perubahan ejaan nama dan pembentukan struktur Afdeling
yang berfungsi sebagai Asisten Residen di masing-masing Kabupaten. Di antara
yang mengalami perubahan nama adalah Prabalingga menjadi Poerbalingga,
Daiyoe-Loehoer menjadi Dayoehloehoer dan Banjar menjadi Banjarnegara,
selanjutnya wilayah Banjarnegara diperluas dengan memasukkan Distrik
Karangkobar, statusnyapun ditingkatkan menjadi sebuah Kabupaten.
Pembentukan Afdeling meliputi,
Kabupaten Dayoehloehoer dan Kabupaten Ajibarang menjadi satu Afdeling yaitu
Afdeling Ajibarang dengan ibukota Ajibarang dan D.A. Varkevisser diangkat
sebagai Asisten Residen di Ajibarang sekaligus sebagai ”pendamping” Bupati
Ajibarang Mertadiredja II dan Bupati Dayoehloehoer R. Tmg. Prawiranegara. Tiga
Kabupaten lainnya yaitu Kabupaten Banyumas, Purbalingga dan Banjarnegara
masing-masing memiliki Afdeling sendiri-sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar